WINGSI TIWA SHINE


Kirim ide, cerita, pengalaman, kesaksian, foto, video, kamu disini. Akan langsung di tayangkan. Caranya: kirim file tsb ke email admin : [ wingsi.t85m.apdeit@blogger.com ]Siapa tahu, cerita, kesaksian atau lainnya bisa jadi berkat, motivasi, insipirasi bagi parah pembaca yang sedang membutuhkannya.....

Thursday, October 28, 2010

Sejara PengINJILan di Langowan/manado

Minjow belajar Sejarah Penginjilan Langowan....


Sejarah Penginjilan Johann Gottlieb Schwarz di Langowan dan sekitarnya.


Masuknya Agama Kristen DiLangowan

1. Kepercayaan Penduduk Sebelum Masuknya Agama Kristen.


Sebelum masuknya agama Kristen di Langowan, penduduk Minahasa sudah
menganut suatu kepercayaan atau dengan kata lain sudah beragama
(opo-opo).


Untuk mengurus soal keagamaan yang hidup dikalangan penduduk diatur
seseorang yang disebut Walian.


Pada bagian utara Minahasa (Tombulu, Toulour, Tonsea) yang menjadi
Walian kebanyakan adalah laki-laki, sedangkan dibagian selatan
termasuk Langowan (Tountemboan) wanitalah yang menjadi Walian.


Dalam agama alifuru mereka percaya akan adanya kekuasaan dalam tangan
Khalik, dimana pada masa kedatangan Johann Gottlieb Schwarz di
Langowan, ia menyaksikan sendiri cara-cara penduduk Langowan
menjalankan upacara keagamaan Alifuru antara lain dengan cara memberi
persembahan kepada Tuhan mereka yang mereka sebut Empung atau Amang
Kasuruan atau si Andangka (Ope).


2. Pengkristenan Langowan adalah Bagian dari Pengkristenan Minahasa
Berdasarkan hal ini, ternyata usaha-usaha pengkristenan yang
dilancarkan oleh Pater-pater dari Portugis maupun dari Spanyol belum
sempat menyebarkan agama Kristen di Langowan sampai datangnya Belanda
pada permulaan abad ke-18.

Sejak kedatangan orang-orang Belanda penyebaran agama dilanjutkan oleh
mereka dan yang disebarkan adalah agama Kristen Protestan.


Dalam usaha-usaha penyebaran agama Kristen Protestan inilah maka
akhirnya menyentuh ke daerah Langowan.

Hal ini ternyata dalam perkembangan selanjutnya agama ini dimulai dari
Ambon lalu menyebar ke Minahasa termasuk Langowan.
Peristiwa dimulai pada tahun 1605 yaitu dengan tibanya ekspedisi
Steven v.d. Hagen di Ambon dimana usaha-usaha penyebaran agama Katolik
terhenti karena para Pater sudah menuju ke Philipina.
Pendeta pertama yang mengunjungi Minahasa (Manado) yakni Ds. Montanus
pada tahun 1675, dimana dalam laporannya menyatakan bahwa didaerah ini
sudah ada golongan orang Kristen (Katolik).
Pada masa VOC perkembangan agama Kristen tidaklah serupa terutama
pembinaannya, karena pendeta-pendeta yang mengunjungi Minahasa menetap
di Ambon.

Dengan sendirinya pelayanan pendeta-pendeta itu diberikan dalam waktu
yang singkat dan kemudian ditinggalkan dalam waktu yang lama.
Baptisan yang dilakukan oleh pendeta-pendeta ini dilakukan dalam
jumlah yangbanyak (massal) tanpa adanya pengajaran yang baik.

Penyebaran agama Kristen di Langowan nanti terjadi pada waktu
terbentuknya perkumpulan Pengutusan Injil di Belanda.

Pada tanggal 19 Desember 1797 oleh London Missionary Society dan atas
anjuran Dr. J. Th. van der Kemp didirikanlah badan penginjilan
Nederlandsche Zendeling Genootschap (NZG) yang juga mendirikan sekolah
untuk mendidik pendeta-pendeta yang berlokasi di Eterdam, Belanda.

Penginjilan pertama-tama dari NZG yang mengunjungi Minahasaialah J.
Kamp yang datang dari Ambon, yang terkenal dengan julukan "Rasul
Maluku" pada tahun 1817.


Pengkristenan selanjutnya di Minahasa berjalan lancar dimana atas
usaha J. Kamp telah mendatangkan dua pendeta lagi yaitu, Muller dan
Lammers.

Kemudian pendeta Hellendoren yang ditempatkan di Manado dan atas
usahanya yang sangat giat sampai pada 1839 telah mendirikan
sekolah-sekolah di Kakas, Langowan, Paniki Bawah, Tateli, Kapataran,
dan Lota.

Dialah yang mendesak kepada NZG supaya menjadikan Minahasa sebagai
lapangan Zending.

Dan atas usahanya itu sehingga NZG mengirimkan dua penginjil, Johann
Gottlieb Schwarz dan Johann Frederik Riedel yang masing-ditempatkan di
Langowan dan Tondano.

Dengan ditempatkannya salah satu penginjil di Langowan, maka
perkembangan agama Kristen di Langowan tidaklah dapat dipisahkan
dengan Johann Gottlieb Schwarz sebagai perintis yang pertama.


********************************

Riwayat Hidup Johann Gottlieb Schwarz

Johann Gottlieb Schwarz lahir pada tanggal 21 April 1800 di kota
Konigsbergen, wilayah Jerman Timur yang kini masuk wilayah Rusia
dengan nama Kaliningrat.


Ayahnya seorang tukang sepatu dan kehidupan orang tuanya sangat beragama.

Dan hal ini sangat mempengaruhi Schwarz muda, Alkitab selalu menjadi
bacaannya sehari-hari.

Kemudian ia tertarik dengan berita-berita zendeling di tengah-tengah
mayoritas agama lain, ia tertarik tetapi belumlah terlintas dalam
pikirannya kemungkinan menjadi zendeling.

Pada awal tahun 1821 ia membaca berita mengenai penginjilan
B&aumlrenburg di tengah mayoritas agama lain.
Berita inilah yang menimbulkan cita-cita Johann untuk terjun di
lapangan penginjilan.


Dan ia berdoa agar diberi kekuatan mengenai rencananya.

Bertepatan dengan rencananya itu, pada tahun 1821 itu juga ia
mendengar tentang pembukaan suatu "Zendeling Intitut" untuk mendidik
pendeta-pendeta penginjil di kota Berlin yang diusahakan oleh Ds.
Jaeke.

Keinginannya memasuki Zendeling Institut itu disetujui oleh orang
tuanya dengan doa kiranya Tuhan kiranya memakai anaknya. Pada tanggal
31 Agustus 1821 ia tiba di Berlin dan sementara menunggu pembukaan
Zendeling Institut yang nanti dibuka pada 1 Mei 1822, ia bekerja
sebagai tukang sepatu.


Disinilah ia bertemu dengan Johann Frederik Riedel yang akan menjadi
teman penginjilannya kelak.

Mereka belajar sampai tahun 1825. Kemudian Nederlandsche Zendeling
Genootschap (NZG) melalui Berlijnse Zendeling Genootschap meminta
Johann Gottlieb Schwarz dan Johann Frederik Riedel untuk menjadi
penginjil ditengah-tengah mayoritas agama lain, dan hal ini sangat
disetujui oleh mereka.


Pada tanggal 12 Januari 1828 ia berangkat ke Rotterdam dan bersama J.
F. Riedel mereka menambah pendidikan sampai tahun 1829. Dan pada bulan
November 1830, ia dan Riedel bersama dengan Douwes Dekker meninggalkan
Belanda menuju Indonesia dan sampai di Batavia (Jakarta), kemudian ke
Surabaya dan tiba di Ambon pada tanggal 23 November 1830.


Di Ambon, ia mempelajari bahasa Melayu dan dalam waktu singkat
melanjutkan perjalanan ke Manado dan tiba di Manado pada tanggal 12
Juni 1931
*********
(sekarang diperingati Gereja Masehi Injili di Minahasa
[GMIM] sebagai HUT Pekabaran Injil).*******

Dari bulan Juni sampai bulan Oktober 1831 Schwarz mempelajari bahasa
Tombulu, Toulour, Tonsea, dan Tountemboan.

Hingga pada bulan Oktober 1831 ia kembali ke Batavia dan langsung ke
Singapura untuk mngambil seluruh keperluan penginjilan, sekolah, dan
obat-obatan.

Setelah itu ia langsung kembali dan tiba di Langowan pada tanggal 7
Januari 1832.
Di Langowan ia tidak mendapat rumah, sehingga untuk sementara ia
tinggal di Kakas. Sementara itu rumah kediaman Schwarz di Langowan
nanti selesai pada bulan Juli 1834, dan rumah tersebut dibangun dimana
sekarang berada SMU Kristen Schwarz Langowan.


Menurut N. Graafland dalam bukunya "Minahasa Masa Lalu dan Masa Kini"
yang ditulis pada tahun 1864, diterangkan bahwa kediaman Johann
Gottlieb Schwarz adalah rumah yang paling bagus di Minahasa pada masa
itu.


Penginjilan Johann Gottlieb Schwarz
Seperti telah dikemukakan diatas, bahwa sebelum masuknya agama
Kristen, penduduk Langowan sudah beragama.
Pada waktu kedatangan Schwarz, tempat berkumpul untuk mengadakan
upacara keagamaan adalah dimana sekarang berdiri gedung gereja GMIM
Schwarz Sentrum Langowan.
Dahulu disitu terdapat sebuah pohon besar yang dalam bahasa
Tountemboan disebut Wates yang daunnya lebat dan pada batangnya
terdapat lobang besaryang dalam bahasa Toutemboan disebut rangowa.

Pohon ini dianggap keramat sebab ditempat ini menjadi tempat
pasoringan (dari asal kata soringan yang berarti alat bunyi yang
dibuat dari bambu yang diberi lobang dan jika ditutup analog dengan
bunyi Wala/burung Manguni).


Jadi pasoringan berarti tempat memanggil dan mendengarkan bunyi burung
Wala oleh Walian dan Tona'as (pemimpin-pemimpin pemerintahan.


Pada waktu itu daerah Langowan belum memiliki namayang spesifik, dan
berawal dari Schwarz-lah nama "Langowan" pertama kali di gunakan.

Karena bagi orang Eropa seperti Schwarz adalah sulit bagi lidahnya
untuk mengucapkan kata "rangow", dan huruf "R" yang diucapkannya
menjadi huruf "L" sehingga "rangow" menjadi "Langow". Sehingga jadilah
"Langowan"************

disahkan menjadi nama daerah Langowan hingga sekarang.

Tentang cara-cara dan usaha-usaha yang ditempuh Schwarz untuk
mengkristenkan penduduk Langowan dan sekitarnya termasuk seluruh
daerah yang dijelajahi oleh Schwarz, banyak ditulis oleh N. Graafland
dalam bukunya yang memang mengenal Schwarz dari dekat dan banyak kali
menemaninya dalam perjalanan pekabaran injil.


Kerajinannya bertalian dengan wataknya yang sangat baik.
Dengan tidak henti-hentinya ia mengendarai kuda dari suatu negeri ke
negeri lainnya, dari Langowan ke Minahasa Selatan, dan Minahasa Utara
sampai ke Likupang.

Berat badannya yang gemuk tidak menjadi halangan baginya, serta siang
dan malam sama saja baginya dalam menunaikan tugasnya sebagai seorang
penginjil.

Ialah yang dapat merintis suatu kesatuan dan keteguhan jemaat dimana
atas usahanya telah membentuk organisasi Majelis Jemaat (Penatua dan
Syamas) dan mendidik penolong-penolong Injil (hulpzendeling) sebagai
pembantu untuk mengembangkan agama Kristen dan memperhatikan
perkembangan jemaat dengan seksama.

Telah disinggung bahwa ia ditempatkan di Langowan tetapi wilayah
pelayanannya sangat luas, sehingga Langowan merupakan pusat dari
seluruh kegiatannya yang tersebar di seluruh Minahasa.

Johann Gottlieb Schwarz sendiri masuk ke Langowan dengan bekal :


1.Bahasa Melayu yang dipelajarinya waktu singgah di Ambon tetapi masih
sangat kurang.

2.Beberapa dialek bahasa Minahasa yakni bahasa Tombulu,Toulour,
Tonsea, dan Tountemboan yang dipelajari di Manado selama tiga bulan,
ketika tiba pada tahun 1831.


Tentunya penguasaan bahasa-bahasa ini tidaklah seberapa, akan tetapi
ini bukanlah merupakan faktor yang menggagalkan usahanya dalam
menanamkan agama Kristen. Khususnya di Langowan, Schwarz mendapat
halangan dari kepala Walak, apalagi istrinya adalah seorang Walian.

Peranan Walian dalam urusan agama sangat kuat dan ketika Schwarz
datang, agama ini masih sangat kuat dijalankan penduduk. Kepala Walak
pada waktu itu ialah Majoor Sigar.

Terhadap Kepala Walak ini usaha-usaha Schwarz adalah merupakan suatu
kesulitan besar, karena dapatlah dibayangkan Walak terhadap penduduk
apalagi terhadap istrinya yang adalah seorang Walian Tulus.


Mengakibatkan Schwarz sangat sulit menghadapi penduduk yang sangat
terikat hubungannya dengan Walak dan Walian terlebih terhadap
agamanya.

Ditambah lagi Schwarz sulit mengadakan kontak dengan penduduk karena
ia masih kaku mempergunakan bahasa-bahasa penduduk.

Maklumlah bahwa peranan bahasa itu penting dalam kontak pergaulan
terutama bagi penyebaran agama.


Suatu cara dari schwarz yang selalu ditempuhnya dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan ini yaitu memberikan obat-obat malaria, demam,
obat-obat luka dan lain-lain yang dapat menolong orang-orang sakit
sebagai penentang mantra dari walian-walian.


Banyaklah yang sadar atas kegunaan dari obat-obat yang diberikannya
yang oleh Schwarz hal ini dijelaskan sebagai pertolongan dari Tuhan,
tetapi ada juga yang setelah sembuh kembali menyembah agama alifuru.


Walaupun demikian Schwarz tabah menghadapi semua ini dan sekalipun
berlaku dalam waktu yang lama asal tujuan dapat tercapai yakni dapat
mengkristenkan penduduk.

**** Kesulitan mengadakan kontak dengan penduduk segera teratasi
karena pada tahun 1834 Schwarz dengan F. Constans, anak dari opziener
kopi di Kema yang sudah mahir menggunakan bahasa Melayu, Tombulu,
Tonsea,dan Tountemboan sehingga kesulitan bergaul dengan penduduk
dapat teratasi.

Denganbantuan istrinya mereka dapat bercakap-cakap dengan orang
sakit, dengan penduduk yang dikunjunginya, dan mereka dapat mengerti
bahasa-bahasa dari walian.


Hambatan bahasa sudah teratasi kini ia dihadapkan pada hambatan
terbesar yang dihadapi Langowan, yaitu karena Kepala Walak
(pemerintah) Majoor Sigar masih alifuru dan istrinya adalah Walian
Tulus (pemimpin agama), sehingga dari tahun 1832 sampai 1833 (saat
pemecatan kepala walak oleh Gubernur De Struers) orang sudah dibaptis
baru 6 (enam) orang.


Pada akhir tahun 1839 orang yang sudah dibaptis menjadi kristen
menjadi 212 orang.


Dan setelah Mayor Sigar masuk menjadi kristen pada tahu 1841 dengan
nama Benyamin Tawalijn Thomas Sigar, segera diikuti oleh orang-orang
Langowan sehingga sejak itu agama Kristen berkembang pesat di
Langowan.

Pada bulan September 1842 di Langowan yang sudah dibaptis ada sekitar
300 orang. Jumlah sekolah dalam wilayah pelayanannya adalah sebagai
berikut :

*.14 sekolah langsung ditanggung oleh pemerintah


*.14 sekolah berada dalam tanggungannya

*.Jumlah murid kurang lebih 1200 orang

Pada akhir tahun 1848 wilayahnya yang meliputi walak Langowan,
Ratahan, Kakas, Remboken, Tompaso Kawangkoan dan Sonder sudah terdapat
15 sekolah, jumlah muridnya kurang lebih 1300 orang.


Jumlah anggota sidi jemaat ada kira-kira 1000 orang dan jumlah
baptisan kurang lebih 3000 orang.

*********Bangunan gereja yang pertama-tama di Langowan ditahbiskan
pada tanggal 18 April 1847, bertempat dimana gereja GMIM Sentrum
Schwarz berada sekarang, yang dahulu adalah pusat agama alifuru.


Dalam kebaktian pentahbisan gereja itu, juga dilantik seorang
Hulpzendeling yang bernama Adrianus Angkow yang kemudian ditempatkan
di Sonder.

Pada tanggal 12 juni 1856 diadakanlah perayaan 25 tahun Johan Gottlieb
Schwarz masuk Minahasa digedung gereja yang pertama dan satu-satunya
di Langowan pada masa itu, dimana dalam perayaan ini telah dihadiri
oleh Hulpzendeling Adrianus Angkow,guru-guru disekolah yang berada
dalam asuhannya dan wakil-wakil dari jemaat yang dibentuknya.


***********Tiga tahun setelah perayaan itu Johan Gottlieb Schwarz
meninggal dunia di Manado, tepatnya tangal 1 Februari 1859 dan
dimakamkan di Langowan pada tanggal 2 Februari 1859.

Kuburan Schwarz bersama istrinya sekarang ada dilapangan olah raga
GMIM Langowan.

* Sebagai pengganti Schwarz, Nederlandsche Zendeling Genootschaap
(NZG) mengirimkan pendeta A.O Schaafma yang memulaikan tugasnya pada
tanggal 5 Juni 1860.

Pandeta Schaafma yang masih buta bahasa Melayu dan bahasa-bahasa
makatana/bahasadaerah, maka sulit bagi Schaafma untuk mengadakan
kontak dengan penduduk setempat,

apalagi masih banyak penduduk yang memeluk agama alifuru.

Ada kurang lebih 10 tahun Pdt. Schaafma bekerja di Langowan tetapi ia
tak dapat berbuat banyak.

Yang menambah berat bagi Pdt. Schaafma pada waktu itu adalah Schaafma
tidak dapat bekerja sama dengan Residen pada waktu itu yakni J.C
Bosch.

Kesalahan besar yang dibuat oleh Schaafma adalah ketika missionaris
Roma katholik pastor De Vries datang di Langowan pada tahun 1868 dan
menginap dirumah Pdt. Schaafma dan kemudian melaksanakan baptisan
pertama juga dirumah Pdt. Schaafma.

Karena itu Nederlandsche Zendeling Genootschaap (NZG) menarik Pdt.
Schaafma dan menggantikan dengan Pdt. M. Brouwers yang mulai bertugas
pada tahun 1870.

Cara kerja Pdt. M. Brouwers samadengan cara J. G. Schwarz ia pandai
bergaul, dimana-mana ia mengadakan pendekatan dengan penduduk baik
yang sudah Kristen maupun yang masih alifuru.

Ia sangat memperhatikan kehidupan rohani dari penduduk yang sudah
beragama Kristen.


Atas usaha Pdt. M. Brouwers gedung gereja yang dibangun oleh Schwarz
(Ditahbiskan pada tanggal 18-4-1847) dulu, dibaharui, dibuat, ditata
jauh lebih besar.


Gereja itu ditahbiskan pada tahun 1895, setelah Pdt Brouwers bertugas
selama 25 tahun, menurut cerita orang bahwa gereja itu sangat besar
dan megah.


Pdt M.Brouwers dalam kebaktian di gereja menggunakan sistem kursi,
artinya tiap satu anggota satu kursi dan tidak boleh berpindah-pindah,
hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengembalaan.


Ia adalah pendeta yang bertugas paling lama di Langowan, dari tahun
1870 sampai tahun 1912, jadi 42tahun lamanya.


Ia meninggal pada tahun 1912 dan ketika ia meninggal pada waktu itu
tidak ada lagi orang alifuru di Langowan.

Hal ini dibenarkan dengan dokumen baptisan gereja Roma Katholik
Langowan yang sejak tahun 1905 tidak ada lagi orang alifuru yang
dibapthiskan.


Kuburan Pdt. M. Brouwers juga berada di kompleks pekuburan Schwarz
dilapangan olah raga GMIM Langowan.

#######################


Kepustakaan


1. Jan Victor Emor, Drs; "Thesis Sejarah Masuk Dan Berkembangnya Agama
Kristen di Langowan dan Sekitarnya" Tahun 1972.

2. *) N. Graafland, "Minahasa Masa Lalu dan Masa Kini" ditulis pada
tahun 1864, diterjemahkanoleh Yoost Kulit pada tahun 1986.


Ket : *) N. Graafland adalah guru Zendeling dan Direktur Sekolah Guru
untuk Pribumi di Tanawangko. Selama ia bertugas sering bersama dengan
Johann Gottlieb Schwarz dalam mengunjungi sekolah-sekolah.

============================


Di Edit oleh: wingsi Tiwa


********************************


Sumber: Langowan.com, theminahasa.net

pakatuan wo pakalawiran...

No comments: