WINGSI TIWA SHINE


Kirim ide, cerita, pengalaman, kesaksian, foto, video, kamu disini. Akan langsung di tayangkan. Caranya: kirim file tsb ke email admin : [ wingsi.t85m.apdeit@blogger.com ]Siapa tahu, cerita, kesaksian atau lainnya bisa jadi berkat, motivasi, insipirasi bagi parah pembaca yang sedang membutuhkannya.....

Wednesday, October 6, 2010

Kenapa tak punya mobil

Oleh: Rahmat


Tampang bingung. Itulah gambaran yang bisa dilukiskan di wajah seorang
bocah 6 tahun, saat melihat lalu-lalangnya kendaraan di jalan. Bocah
itu seakan tidak memperdulikan hilir mudik orang-orang yang melaluinya
bahkan ada beberapa orang yang hampir menendangnya. Dia pun seakan
tidak senang saat beberapa orang yang lewat memasukan uang receh ke
dalam kaleng yang sengaja di simpan di depannya.

"Sudah dapat berapa Ujang?" sapa seorang wanita umur 40 tahunan yang
mengagetkan si Ujang. Si Ujang menengok wanita yang nampak lebih tua
dari umur sebenarnya. Wanita itu tiada lain adalah ibunya yang
sama-sama membuka praktek mengemis sekitar 100-200 meter dari tempat
si Ujang mengemis."Nggak tahu Mak, hitung aja sendiri," jawab si Ujang
sambil melihat kaleng yang ada di depannya. Tanpa menunggu wanita yang
dipanggil Emak itu mengambil kaleng yang ada di depan si Ujang.
Kemudian isi kaleng tersebut ditumpahkan ke atas kertas koran yang
menjadi alas mereka duduk.


"Lumayan Ujang, bisa membeli nasi malam ini. Sisanya buat membeli
kupat tahu besok pagi." Kata si Emak sambil tersenyum lebar, karena
rezeki malam itu lebih banyak dari hari-hari biasanya."Mak…" kata si
Ujang tanpa menghiraukan ucapan ibunya, "koq orang lain punya mobil?
Kenapa Emak nggak punya?" Tanya si Ujang sambil menatap wajah
ibunya."Ah, si Ujang mah, aya-aya wae, boro-boro punya mobil, saung
aja kita mah nggak punya." kata si Emak sambil tersenyum. Si Emak
kemudian membungkus uang yang telah dipisahkannya untuk besok dengan
sapu tangan yang sudah lusuh dan dekil.

"Iya, tapi kenapa Mak?" Rupanya jawaban si Emak tidak memuaskan si
Ujang."Ujang …. Ujang…." kata si Emak sambil tersenyum. "Kita tidak
punya uang banyak untuk membeli mobil." kata si Emak mencoba
menjelaskan. Tetapi nampaknya si Ujang belum puas juga,"Kenapa kita
tidak punya uang banyak Mak?" tanyanya sambil melirik si Emak.

"Kitakan cuma pengemis, kalau orang lain mah kerja kantoran jadi
uangnya banyak." kata si Emak yang nampak akan beranjak. Seperti biasa
sehabis matahari tenggelam si Emak membeli nasi dengan porsi agak
banyak dengan 3 potong tempe atau tahu. Satu potong untuk si Emak
sedangkan 2 potong untuk si Ujang anak semata wayangnya.

Sekembali membeli nasi, si Ujang masih menyimpan pertanyaan. Raut
wajah si Ujang masih nampak bingung."Ada apa lagi Ujang?" kata si Emak
sambil menyeka keringat di keningnya."Kenapa Emak nggak kerja kantoran
saja?" tanya si Ujang dengan polosnya."Siapa yang mau ngasih kerjaan
ke Emak, Emak mah orang bodoh, tidak sekolah." Jawab si Emak sambil
membuka bungkusan yang dibawanya.

"Udah …, sekarang makan dulu mumpung masih hangat!" Kata si Emak
sambil mendekatkan nasi ke depan si Ujang. Si Ujang yang memang sudah
lapar langsung menyantap makanan yang ada di depannya."Kenapa Emak
nggak sekolah?" tanya si Ujang sambil mengunyah nasi plus tempe.

"Orang tua Emak nggak punya uang, jadi Emak nggak bisa sekolah.""Ujang
bakal sekolah nggak?" kata si Ujang sambil menatap mata si Emak penuh
harap.Emak agak bingung menjawab pertanyaan si Ujang. Lamunan Emak
menerawang mengingat kembali mendiang suaminya, yang telah
mendahuluinya. Mata si Emak mulai berkaca-kaca. Karena gelapnya malam,
si Ujang tidak melihat butiran bening yang mulai menuruni pipi wanita
yang dipanggil Emak tersebut. Karena tak kunjung dijawab, si Ujang
bertanya lagi

"Kalau Ujang nggak sekolah, nanti kayak Emak lagi dong. Iya kan
Mak?"Pertanyaan Ujang makin menyesakan dada si Emak. Siapa yang ingin
punya anak menjadi pengemis, tetapi si Emak bingung harus berbuat apa.
Si Emak cuma melanjutkan menghabiskan nasi sambil menahan tangisnya.
Akhirnya si Ujang pun diam sambil mengunyah nasi yang tinggal sedikit
lagi. Deru mesin mobil menemani dua insan di pinggir jalan yang sedang
menikmati rezeki yang mereka dapatkan. Diterangi lampu jalan
mereka pun mulai berbenah untuk merebahkan diri. Di kepala si Ujang
masih penuh tanda tanya, mau jadi apa dia kelak. Apakah akan sama
seperti Emaknya saat ini?


By. RAHMAT

1 comment:

Anonymous said...

Bagus ceritanya, banyak sikap yg hrus kita pelajari. Its ok